Rabu, 30 Mei 2012

KAJIAN STRUKTURAL NOVEL “NEGERI 5 MENARA”


Judul Buku    : Negeri 5 Menara
Penulis            : A. Fuadi
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan          : ke 15 , Maret 2012
Tebal : 425 halaman

  


A.          SINOPSIS CERITA
          Cerita ini dimulai ketika Alif di Washington DC dan mengenang saat Alif masih menjadi siswa madrasah tsanawiyah (setingkatSMP) di Agam, Sumatera Barat. Alif sangat bermimpi untuk dapat melanjutkan ke SMAterbaik di Bukittinggi. Tapi, orang tuanya sangat menginginkan dia masuk ke sekolah agama.Untuk anak seusianya Alif sangat mengingikan melanjutkan pendidikannya ke SekolahUmum dengan beragam bayangannya tentang keindahan masa-masa SMU.Berkat informasidari Pak Etek Gindo, akhirnya Alif memilih masuk Pondok Madani, tempat pertama kali Alif Fikri berkenalan dengan dunia jurnalistik dan kewartawanan. Sebagian besar buku ini menceritakan tentang 6 sekawan yang dijuluki sahibul menara,yakni: Alif, Dulmajid, Atang, Baso, Raja dan Said dalam hari-hari mereka di PesantrenMadani (PM).
          Senang, duka, cemas, takut dan bahkan terancam mereka lalui bersama. Inisemua bermula ketika mereka berenam diringkus salah seorang dari bagian keamananbernama Sunjai (yang kemudian sahibul menara juluki Tyson karena perawakannya) karenatelat sholat maghrib 5 menit akibat mereka belum selesai mengangkat almari yang merekabutuhkan (PM sangat menjunjung tinggi ketepatan waktu dan aturan, segala kegiatan PMdiatur oleh dentang sebuah lonceng raksasa), nah akibat kejadian itu mereka digelandang diMahkamah Keamanan Pusat, dimana tempat itu dijuluki tempat angker karena kebanyakandari para murid yang pernah menginjakkan kaki mereka merasa ketakutan saat disidang.Setelah dari Mahkamah tersebut, keenamnya dihukum menjadi jasus alias pencatatpelanggaran! Sejak saat itulah Alif, Dulmajid, Atang, Baso, Raja dan Said menjadi sahabatdekat, bahkan dianggap seperti keluarganya sendiri.Tentang sahibul menara sendiri, itu karena kebiasaan mereka menghabiskan waktu untukbersenda gurau, belajar sampai bertukar pikiran di bawah sebuah menara masjid PM yangbesar. Maka dari itu mereka dijuluki sahibul menara atau pemilik menara. Awal mulanyapun cukup sederhana, berawal dari hukuman yang mereka dapatkan mereka seringberkumpul bersama untuk membicarakan segala hal, tetapi karna segala penjuru berisidengan orang-orang maka mereka memutuskan untuk mencari tempat lain yang tidakmenimbulkan keributan hingga sampai ketika said sang ketua kelas dan pemimpin merekaberteriak untuk mengikutinya ke sebuah tempat di dekat mejid tepatnya di bawah kakimenara. Semenjak itu, mereka selalu berkumpul tepat di bawah kaki menara. Itulah awalmula mereka dijuluki sebagai sahibul menara, orang yang punya menara.
       Hal yang menarik lainnya adalah ketika A. Fuadi bercerita panjang lebar tentang perantauanAlif dalam mencari ilmu, yang sebagian besar mengisahkan Alif dan kawan-kawannya dariberbagai daerah selama menuntut ilmu di Pondok Madani, serta pengalaman Alif menjadiwartawan.Harian Kilas 70--- sebuah majalah dinding Pondok Madani yang terbit tiap hari.Alif dan kawan-kawannya (Sahibul Menara) tumbuh di tengah ketatnya penegakan disiplindan dorongan semangat untuk maju, dengan prinsip man jadda wa jadda yakni siapa yangbersungguh-sungguh akan berhasil, dan itu pulalah yang para sahibul menara terapkansehingga mereka bisa berhasil. Mereka harus belajar sejak bangun dini hari (04.30) sampaimenjelang tengah malam (22.00). Mereka tidak boleh terlambat sedikit pun dalammengikuti semua kegiatan pondok yang telah dijadwal secara ketat. Mereka hidup dalam pengawasan petugas keamanan pondok (Kismul Amni ) yang siap mencatat dan menghukumtiap santri yang melanggar peraturan pondok tanpa pandang bulu.
Dengan deskripsi ruang yang nyaris sempurna, A. Fuadi berhasil memetakan seluk-belukdunia pesantren modern yang selama ini hanya menjadi cerita dari mulut ke mulut. Pahitdan getir, riang dan gamang kaum santri dengan humor khas pesantren ditandaskandengan modus pengisahan yang menakjubkan. Tengoklah berbagai alasan yang sengajadirancang sahibul-menara agar mereka beroleh izin keluar PM, bersepeda mengelilingi KotaPonorogo, dan tak lupa melintas di pintu gerbang pesantren putri, sekadar ''nampang''.Begitu pula siasat Dulmajid yang memengaruhi ustad Torik agar memperoleh izin nontonbareng pertandingan final bulu tangkis di lingkungan PM, padahal qanun (aturan pondok)menegaskan, santri PM dilarang menonton TV. ''Ustad, lob antum itu mirip sekali denganpunya Icuk dan smash antum mirip Liem Swie King. Kalau nggak percaya, kita tonton siaranlangsung besok malam” kata Dulmajid. Ustad Torik langsung takluk dan ter jadilah peristiwabersejarah itu: TV masuk PM.Pada bagian yang mendominasi hampir seluruh bagian novel ini A. Fuadi merefleksikanpengalamannya saat belajar di Pondok Modern Gontor.
 Sepertinya, hampir semua bagian novel ini memang merupakan catatan pengalaman hidup A. Fuadi. Dia masuk PondokModern Gontor atas permintaan ibunya. Di pondok ini dia menjalani jadwal belajar yangketat, dan di pondok ini pula dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasandalam mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinyakepada rumus sederhana tapi kuat,man jadda wa jadda ada pula cerita ketika Alif Fikri dan kawan-kawan sekamarnya kepergok terlambat ke masjid. Mereka disergap oleh petugas keamanan pondok di tengahlapangan. Karena sosok sang petugas mirip Mike Tyson, Fuadi pun menyebutnya sebagai"sergapan pertama Tyson". Begitu juga kerja keras para kruHarian Kilas 70, yang intinyahanya menggambarkan kesibukan para santri dalam menyiapkan majalah dinding hariantersebut, bisa dikisahkan secara menarik, sekaligus mengandung makna man jadda wa jadda.
Suatu hari  saat Alif yang bertubuh kecil  melihat ada seorang gadis yang cantik dan jarang dilihat dipondok pesantren alif yang tidak yakin bisa bertemu dengan gadis yang disinyalir adlah anak salah satu ustad akhirnya dapat bertemu dan mengobrol. Namanun karena peraturan yang sangat ketat untuk dilarang berbincang-bincang dengan sesorang yang bukan muhrim maka pertemuan dengan si gadispun berakhir.
perjalanan darat Alif Fikri dan ayahnya dari Sumatera Barat ke Gontor (Jawa Timur) pun iasebut sebagai semacam perjalanan budaya, karena di sepanjang perjalanan merekamenyaksikan berbagai ekspresi budaya masyarakat daerah-daerah dan kota-kota yang dilalaui n7a, dan pada akhir cerita menceritakan tentang perjuangan yang dilalui oleh sahibul menara yang akhirya berhasil. Mereka kini mahir berbahasa inggris, arab dan sudah sangat sangat sukses bekerja sesuai dengan cita-cita mereka.

B.     ANALISIS KAJIAN STRUKTURAL
1.      Tema
Adapun tema dari novel tersebut adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan novel berikut;
“bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion ini cocok dengan lingkunagn yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan itu entah siapa yang menyuruh banyak diantara kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak , kami pasti membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang terpotong kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawa kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga sekalipun. ( hal. 133-135).
2.      Plot/alur
Alur dari novel adalah alur maju - mundur. Dimana cerita adalah kilas balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimba ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan di masa kini.
Kutipan novel :
Washington DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaanya dengan ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol , gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku ( hal. 1)
Aku tegak di atas aula madrasah negeri setingkat  SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku , Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku member selamat karena ujianku termasuk sepuluh tertinggi di Kabupaten Agam (hal.5).
London, Desember 2003.
Gigiku gemelentuk, London yang berangin terasa lebih menggigil dari Washington DC. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, tuhan  mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. (hal. 405).
3.      Tokoh dan penokohan
Adapun tokoh dan penokohan dalam novel tersebut adalah
a.       Alif ( tokoh utama) adalah tokoh yang protagonist. Alif digambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah.
b.      Baso dalam novel ini adalah tokoh yang protagonist. Teman Alif sesama sahibul menara.
c.       Raja adalah tokoh yang protagonist. Teman Alif sesame sahibul menara.
d.      Said dalam novel ini tokoh protagonist. Teman Alif sesame sahibul menara.
e.       Dulmajid dalam novel ini tokoh yang protagonist. Teman Alif sesame sahibul menara.
f.       Atang dalam novel ini tokoh yang protagonist. Teman Alif sesame sahibul menara.
g.      Ustad Salman dalam novel ini tokoh yang protagonist. Wali kelas Alif, laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang. Dengan kata aku.
Analisis Penokohan
Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis yaitu Tokoh berprilaku baik didalam suatu cerita. Didalam novel yang berjudul “NEGERI 5 MENARA“ ini tokoh- tokoh yang termasuk tokoh  protagonis yaitu :
1.      Alif Fikri
Dia adalah pemeran utama dalam novel ini, dia berasal dari Maninjau BUKIT TINGGI, Dia anak yang baik, selalu usaha dalam melakukan sesuatu.
Berikut cuplikannya:“ kalau begitu,kalau kita mau berhasil ujian ini, kita belajar sedikit lebih lama dari kebanyakan teman –teman di Kamp konsentrasi ,“Simpulku.
“ Bismillah ya Tuhan, sudah aku kerahkan segala usaha, sekarang aku serahkan penampilanku kepadamu dengan segala ikhlas,”gumamku.
2.      Raja Lubis
Dia merupakan teman Alif pada waktu di PM,dia anak yang pintar dan memiliki pengetahuan yang luas.
Berikut Cuplikannya : “Untuk menarik perhatian pendengar, selain menggunakan suara yang lantang, ikat meraka dengan matakau, pandang mata mereka dengan lekat,” saran Raja sambil mengarahkan 2 jari kemataku.
“Arti harfiahya Kotak, bukan lemari (tempat pakaian buku dan segala macam yang kita punya.Lemari kecil yang lebih menyerupai kotak,” terang raja yang memiliki banyak informasi dan dengan senang hati berbagi.
3.      Baso Salahuddin
Dia adalah teman alif di PM,dia anaknya pendiam , sangat taat terhadap aturan dan mempunyai keinginan untuk menghafal Al-Qur’an .
Berikut  kutipan ceritanya : “melihat yang bukan mukhrim bisa menghilangkan hapalan Al-Qur’an ku”, kata baso dengan suara rendah.

4.      Said Jufri
Dia adalah teman alif di PM, dia anak yang selalu optimis memberikan saran –sarannya . berikut kutipan ceritanya : “tenang akhi , sebentar lagi kita akan selamat . asrama tinggal 100 m lagi insyaallah tidak akan kena hukum”, kata said dengan sangat optimis.
Said , ”Ya akhi , sebelum keasrama ,kita ke studio foto dulu yuk . kapan lagi tiga orang berkepala shaolin berfoto pakai sarung.” , said memang selalu tau bagaimana mengambil sisi positif dari setiap bencana .
5.      Atang
Dia adalah teman Alif pada waktu di PM, dia anak yang memiliki wajah serius, mudah mengenal seseorang, patuh terhadap aturan dan juga baik.
Berikut kutipan ceritanya : “Eh......kenalkan nama saya Atang,” sambil menyorongkan tangannya, dan buru – buru dia menambahkan , “saya dari Bandung urang sunda,”
“Said, ingat jangan kita menjadi Jasus 2x dalam 2 bulan,” sahut Atang disaat hendak melakukan kesalahan.
“Aku juga tidak punya duit sekarang, tapi aku bisa menjamin tinggal kalian selama diBandung. Pergi ke Bandung jelas tidak bayar karena naik mobil bapakku, untuk ongkos kembali dari Bandung ke PM aku bisa meminjamkan nanti,” bujuk Atang pada saat ingin mengajak Alif dan Baso.
6.      Dulmajid
Dia adalah teman Alif juga pada waktu di PM, dia anak yang baik, suka bercanda, setia kawan.
Berikut kutipan ceritanya : Lif, aku akan menunggumu sampai kamu selesai mengerjakan tugas itu ,” kata Dulmajid

7.      Amak
Beliau merupakan Ibu Alif , yang memiliki sifat jujur, adil sekaligus baik hati. Berikut kutipan ceritanya : “Bang Ambo ingin berlaku adil , dan keadilan hrus dimulai dari diri sendiri, bahkan anak sendiri. Aturannya siapa yang tak mau praktek menyanyi dapat angka merah,” kata Amak ketika Ayah bertanya, “kok tega memberi angka buruk pada anak.
“Kita disini adalah pendidik. Kalau kayak begini ini bukan mendidik, kemana muka kita disembunyikan dari Allah yang maha melihat.Ambo tak mau ikut bersokongkol dalam ke tidak jujuran ini,” frontal dan pas di ulu hati.
8.      Ayah Alif
Beliau adalah orang yang baik, tidak banyak bicara tapi sekali bicara langsung merasuk di hati. Berikut kutipa ceritanya : “ Pak anak ambo kelakuanya baik dan NEMnya termasuk paling tinggi di Agam, kami kirim untuk mendalami agama,” ucap ayah pada saat berbicara dengan pak Sutan yang menjengkelkan.

9.       Kyai Rais
Beliau adalah guru besar Alif  pada waktu di PM, Beliau orang yang sangat sabar, berwibawa, dan setiap kata – katanya enak didengar, merasuk dalm hati dan selalu benar terjadi jika dilaksanakan dengan sungguh – sungguh.                        
Berikut kutipan ceritanya : “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I’timad Ala Nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain, cukuplah bantuan Tuhan yang menjdi panutanmu,” Nasihat Kyai Rais.

10.   Kak Iskandar
Dia adalh ketua asrama Al barq, tenpat Alif dengan Sahibul yang lain tidur, dia orang yang tegas dan baik.
Berikut kutipannya : “ Sebelum tidur, kami akan bacakan Qonun, aturan tidak tertulis yng tidak boleh dilanggar. Pelanggaran pasti akan diganjar sesuai dengan kesalahannya dan ganjaran paling berat adalah dipulangkan dari PM selama – lamanya,” katanya dengan serius dan tegas.

11.  Randai
Dia adalah teman kecil (teman akrab) Alif di Maninjau (dikampungnya), dia anaknya sedikit sombong, tapi dia juga baik.
Berikut kutipannya : “Kmu belum pernah lihat Komputer kan ? nah disini semua murid ikit belajar komputer karena sekolahku baru membuat Lab komputer yang paling modern di kota kita,senagnya” katanya dengan bangga hati.

12.  Ust Faris
Dia adalah Guru Alif di PM, beliau mengajar Al- Qur’an Hadist,orangnya baik dan selalu memberi nasihat yang baik pula.
Berikut kutipannya : “Bacalah Al – Qur’an dan Al Hadist dengan mata hati kalian, resapi dan lihatlah mereka secara menyeluruh, saling berkait menjadi pelita bagi kehidupan kita,” katanya dengan suara Bariton yang sangat terjaga vibranya.

13.   Ust Kholid
 Beliau adalah ustad yang sangat berpengalaman, dia juga pernah menuntut ilmu di Kairo, orangnya baik.
Brikut kutipannya : “ Iya sederhanya, kalau kita mewaqafkan tanah jesekolah maka tanah itu berpindah  ketangan sekolah itu selamanya untuk kepentingan sekolah dan umat. Dan saya, karena tidak punya tanah, yang saya waqafkan diri saya sendiri,” kata Ust Khalid.

14.   Ust Salman
Beliau adalah Wali Kelas Alif di PM, orangnya baik, dan beliau mengajar pelajaran sejarah di PM.
 Berikut kutipannya : “ Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah pelajran yng bisa kita tarik ke masa sekarang, untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik,” jelasnya.
“ Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun, karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses,” tandasnya dengan mata berkila - kilat.
     Tokoh Antagonis
Tokoh Antagonis yaitu tokoh yang biasanya memiliki prilaku yang jelek atau jahat, dalam Novel ini tokoh yang bertidak sebagai tokoh antagonis yakni :
1.      Tyson ( Rajab Suja’i)
Dia merupakan orang terhoror (paling di takuti) Alif selama di PM,wajahnya sangat menyeramkan dan mudah marah begitu saja.
Berikut kutipannya : “Hei...... nanti dulu, kalian tetap dihukum, di PM tidak ada kesalahan yang berlangsung tanpa dapat ganjaran ,” hardik si Tyson.

2.      Ust Torik
Dia adalah orang keduayang paling ditakuti setelah Tyson, dia tidak banyak bicara tapi sekali bicara menakutkan.
Berikut kutipannya : “Kamu ngomong apa ??? bicara yang jelas, lihat mata saya,” potongnya , matanya yang dalm mencorong tajam

4.      Latar
Adapun latar dari novel ini adalah di Pondok Madani hal ini didukung oleh tema yang ada yaitu pendidikan. Karakter tokoh utama juga mendukung latar yang ada.
Kutipan novel:
Pondok madani diberkati oleh energy yang membuat kami sangat menikmati belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu, lingkungannya membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Karena cukup sulit menjadi pemalas di PM. ( hal. 264).


5.      Sudut pandang
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya denagn kata aku.
Kutipan novel:
Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri. Rencana masuk SMA nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap kosong ke puncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. ( hal. 102-103).

6.      Gaya bahasa
Gaya bahas yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup yang mendasari bangkitnya semangat untuk mencapai harga diri, prestasi, dan martabat diri.
Kutipan novel:
Dulu kami melikus langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti Benua Amerika , raja bersikeras awan sama berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa awan itu berbentuk Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedang Said dan Dulmajid awan itu berbentuk peta kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihat hari ini , setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun, maka semua berawal dari impian, kini hidup yang nyata (hal. 405).

7.      Amanat
Adapun amanat dari novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi penbaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
Kutipan novel:
Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, tuhan sesungguh maha mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh akan berhasil. ( hal. 405)..
Amanat bagi pembaca berikutnya adalah pentingnya kedinamaisan.
Berikut terdapat di    Novel Negeri 5 menara tentang pentingnya kedinamisan dalam hidup bagi orang-orang yang berilmu
“orang yang berilmu dan beradab tidak akan diam dikampung halaman. Tinggalkan  negerimu dan mernataulah ke negeri orang. Merantaulah, kaua kan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang .. singa jika tak tinggalkan sarang tidak akan mendapatkan mangsa. Bijih emas bagaikan panah biasa sebelum digali dari tambang. Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Selain amanat yang telah dijelaskan diatas oleh novel negeri 5 menara juga member pesan agar meraih ilmu dan pendidikan setinggi-tingginya. Karena orang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan naskah novel negeri 5 menara pada halaman 49 ketika Kiai Rais berceramah.
Menuntut ilmu karena tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka pikiran , mata dan hati kalian”.
Pondok Pesantren Madani adalah salah satu sarana bagi siswa dalam menimba ilmu. Dari kutipan ceramah Kiai Rais dapat dipahami bahwa para pencari ilmu adalah orang-orang yang dimudahkan dalam meraih surga. Dari itu, dapat dimaknai bahwa penulis ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa supaya masyarakat  mencari ilmu setinggi-tingginya karena sesuai dengan kutipan tersebut bahwa pencari ilmu diberi kedudukan yang lebih istimewa yakni dimudahkan jalan menuju surga. Pesan yang disampaikan penulis dapat diartikan bahwa salah satu jalan menuju surga adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya . jadi pesan penulis bagi pembaca yakni menganjurkan pembaca agar meraih ilmu yang setinggi-tingginya meskipun harus keluar kampong dan jauh dari keluarga.
Disamping itu, terdapat amanat-amanat yang tersurat terdapat pula pesan singkat yang tersirat. Pesan yang tersirat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra meskipun tidak ada bukti konkrit dari naskah suatu karya sastra tersebut.  Pesan tersirat  tersebut  yakni mengenai keutamaan doa dan ridho orang tua dalam kehidupan Alif sang pemeran utama adalah seorang anak yang datang dari keluarga sederhana dan masih memiliki keturunan darah  ulama . cita-cita Alif sebenarnya inginmenjadi seorang insinyur. Tokoh idolanya adalah Habibie. Setelah ia lulus dari Madrasah Tsanawiyah , sebenatnya ia ingin melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yakni SMA. Karena ia menganggap tiga tajun menempuh pendidikan di Tsanawiyah telah cukup bekal dasar ilmu agamanya. Ia ingin mempelajari ilmu non agama dan melanjutkan kuliah di UI tai ITB. Namun keinginan dan cita-citanya tersebut terhalang denagn keinginan orang  tuanya ingin menjadikan putranya seperti Buya Hamka. Pada awalnya Alif berontak tapi akhirnya ia berfikir bahwa tidak ada gunanya melawan keinginan ibunya yang mulia itu. Hingga ia memutuskan untuk menempuh pendidikan menengahnya di pesantren madani jawa. Banyak kisah yang ia hadapi bersama teman-temannya yang datang dari berbagai daerah. Hingga akhirnya ia meraih kesuksesan di Ameriak. Hal tersebut pada dasarnya tak luptu dari doa dan ridho yang diberikan oleh orang tuanya.  Penulis memberikan pesan kepada pembaca, bahwa doa dan ridho orang tua adalah sesuatu yang harus diutamakan. Meskipun pesan tersebut tidak tersurat. Namun dapat dipahami oleh pembaca yang telah selesai membaca keseluruhan cerita.
 A.    POSITIF DAN NEGATIF
Banyak kelebihan atau nilai-nilai positif yang terkandung dalam Film Negeri 5 Menara ini, diantaranya adalah:
Berbakti kepada orang tua & visi hidup
Alif menunjukkan sosok yang taat kepada keinginan orang tuanya, walaupun ia harus mengorbankan cita-citanya untuk bersekolah di Bandung. Orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Amak Alif menginginkan ada bibit unggul yang masuk ke dalam pesantren, karena selama ini pesantren dianggap sebagai ‘bengkel’ untuk merenovasi akhlak dan perbuatan anak yang dimasukkan ke sana. Keinginan Amak Alif agar Alif menjadi ulama seperti Buya Hamka, agar Alif bermanfaat untuk umat merupakan ide yang sungguh mulia. Banyak di sekitar kita yang berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di sekolah yang popular secara akademis atau fasilitas, tanpa mempertimbangkan kebermanfaatannya ke depan. Visi seorang Amak mampu menggiring penonton untuk berpikir bahwa kita membutuhkan sosok-sosok yang bisa memikirkan dan bermanfat untuk sesama, bukan sosok-sosok yang sibuk memikirkan dirinya sendiri. Keinginan Baso untuk menghafal Al Quran juga didorong keinginannya untuk mempersembahkan jubah kemuliaan untuk orangtuanya yang telah meninggal. Penonton akan diajak untuk merenungkan hal apa yang sudah diberikan pada orang tua tercinta. Adegan ini mestinya mampu mengajak penonton untuk berbakti pada orang tua.
Pola asuh demokratis
Walaupun Alif pada awalnya tidak setuju dengan keinginan orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren, orang tua Alif tidak menunjukkan kesan memaksa, tetapi tetap bersikap biasa seperti tidak terjadi masalah setelah Alif lari dari rumah dan mengurung diri di kamar. Hal ini terlihat dari Amak yang membawakan makanan ke kamar Alif. Ketika menemui perbedaan pendapat, orang tua sebaiknya tidak berkata keras kepada anak agar anak tidak semakin membangkang. Dalam film ini terlihat orang tua Alif yang tetap bijak menanggapi ketidaksetujuan Alif.
Keikhlasan                     
Tampak keikhlasan Alif ketika akhirnya menuruti keinginan orang tuanya untuk melanjutkan sekolah di Pondok Madani. Ayah Alif juga terlihat ikhlas merelakan harta mereka yang berupa kerbau untuk biaya sekolah Alif. Keikhlasan juga tampak setelah Alif membatalkan rencana menjawab asal tes masuk pondok Madani. Para ustad yang menurut Kyai Rais tidak dibayar pun mampu membuat kita membandingkan dengan banyak kalangan pegawai dewasa ini yang masih suka menuntut gaji yang lebih tinggi. Segala sesuatu kalau ikhlas dilakukan InsyaAllah akan menjadikan jalan yang ditempuh serasa ringan, bebas dari beban. Bayangkan kalau semua anak didik di Indonesia tidak ikhlas bersekolah, apa yang akan mereka dapat di sekolah? Di film ini, keikhlasan tergambarkan dengan cukup baik.
Motivasi
 Ayah Alif memotivasi Alif melalui transaksi jual beli kerbau. Proses tawar-menawar kerbau dilakukan di dalam sarung, dengan kode-kode tertentu. Ayah Alif memberikan pemahaman kepada Alif agar kita harus berani mencoba rasanya dulu sebelum tahu baik atau buruknya sesuatu, jadi Alif dianjurkan untuk tidak cepat menilai.
 Kyai Rais dalam pidatonya mengatakan bahwa para santri akan dididik menjadi orang besar, tetapi bukan orang besar seperti pengusaha besar, menteri, ketua partai, ketua DPR/MPR, atau ketua ormas Islam. Orang besar yang dimaksud Kyai Rais adalah menjadi orang yang akan menyebarkan ilmunya sampai ke pelosok negeri. Beberapa kali juga ditampilkan tulisan “Ke Madani, Apa Yang Kau Cari”, sehingga tulisan ini seolah mengingatkan para santri untuk terus meluruskan niat selama belajar di pondok pesantren.
Pada hari pertama masuk kelas, Ustad Salman membawa batang kayu dan pedang yang sudah berkarat. Di depan kelas ustad Salman terus berusaha menebas batang kayu itu dengan pedang tadi. Setelah ditebas terus-menerus, akhirnya batang kayunya dapat terbelah juga. Kemudian Ustad Salman berseru “Man Jadda Wajada, ingat, bukan yang paling tajam, siapa yang bersungguh-sungguh, dia yang akan berhasil, Man Jadda Wajada!!!”, akhirnya pepatah alias mantra berbahasa arab ini terus-menerus didengungkan oleh para santri. Mantra ini mampu menyihir keadaan yang pesimis menjadi optimis. Siapa sangka pedang tumpul berkarat mampu menebas batang kayu yang kuat? Man Jadda Wajada, Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, sebuah mantra ajaib yang senantiasa menyemangati setiap usaha. Metode yang dipakai oleh ustad Salman itu patut dicontoh oleh para pendidik. Kita membutuhkan ilustrasi yang tepat untuk dapat memotivasi anak didik agar tujuannya tecapai. Saya rasa, adegan membelah kayu itu merupakan hal luar biasa, akan susah dilupakan.
Persahabatan
Ada pesahabatan yang kokoh diantara Alif, Baso, Raja, Atang, Said, dan Dulmajid, yang dijuluki Sahibul Menara. Kekokohannya tergambarkan dalam awal pesahabatan mereka di pondok Madani sampai bertahun- tehun kemudian setelah mereka melalang buana ke negeri-negeri impian mereka. Biasanya, seiring berjalannya waktu, jalinan persahabatan dengan teman-teman sekolah semakin mengendor tergerus persahabatan baru yang terjalin, tetapi di film ini digambarkan kebalikannya, ini menunjukkan ikatan silaturahmi yang dengan kuatnya tetap terjaga. Dalam persahabatan itu mereka juga saling menguatkan, terlihat ketika Alif mulai patah semangat, ingin meninggalkan pondok Madani dan meneruskan SMA di Bandung. Setelah dikucilkan karena impiannya ini, ada temannya yang menguatkan Alif untuk tetap meneruskan pendidikannya di pondok Madani.
Kerja sama
Di hari pertama, tampak sahibul menara saling bekerja sama mangangkat lemari yang baru di beli. Kerja sama lainnya juga terlihat ketika sahibul menara membantu memperbaiki diesel yang sering macet. Hal lain terlihat pula ketika Alif, Said, Atang, Raja, dan Dulmajid saling bekerja sama membantu latihan lomba pidato bahasa Ingrisnya Baso dengan membuat orang-orangan memakai kayu dan sarung. Pun ketika Baso mengalami ‘kemacetan’ ketika lomba, para sahibul menara langsung membantunya dengan menghadirkan orang-orangan itu ke ruang lomba sehingga Baso pun akhirnya meraih juara. Ketika sahibul menara berkeinginan menonton final piala Thomas, mereka mengajak ustad Salman untuk membujuk Ustad Thorik menyetujui usul itu. Dengan kerja sama melalui strategi bermain bulu tangkis bersama sambil mengobrol tentang pentingnya menyaksikan pertandingan final piala Thomas di televisi, akhirnya keinginan itu bisa terwujud. Kerja sama yang sangat bagus juga ditunjukkan dalam persiapan dan pelaksanaan pentas teater Ibnu Batutah. Dengan semangat sahibul menara mesti jauh-jauh menuju perkotaan Ponorogo untuk membeli es. Di adegan film digambarkan akhirnya sahibul menara kembali ke pondok Madani dengan mengendarai beberapa becak, dengan becak terakhir berisi para tukang becak. Pementasan Ibnu Babtutah sendiri akhirnya berjalan dengan memuaskan.
Kerjasama mutlak diperlukan karena setiap orang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Kerja sama yang baik ditunjukkan dalam film ini melalui pembagian tugas.
Tanggung jawab
Adegan tentang tangung jawab terlihat dalam adegan Alif yang mengerjakan soal tes masuk pondok Madani menggunakan pena warisan kakeknya, setelah melihat dukungan ayahnya dari luar jendela. Alif merevisi jawaban asalnya menjadi jawaban yang benar karena Alif merasa bertanggung jawab kepada pilihannya akhirnya, yaitu belajar di pondok pesantren. Kyai Rais juga meminta sahibul menara untuk bertanggung jawab memikirkan solusi dari keluhan masalah diesel yang disampaikan sahibul menara. Manusia yang baik adalah manusia yang bisa bertanggung jawab terhadap segala hal yang berasal dari dirinya. Di film ini tergambarkan tanggung jawab terhadap pilihan dan tanggung jawab terhadap perbuatan.
Disiplin terhadap waktu
Ketika lonceng sudah dibunyikan, tanda bahwa para santri sudah harus ke masjid untuk salat maghrib, sahibul menara masih berurusan dengan angkut-mengangkut lemari, sehingga akhirnya mereka dihukum oleh penjaga ketertiban dengan hukuman jewer satu sama lain. Visualisasi ini mengajarkan pada kita bahwa kalau kita tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, kerugian akan didapat.
Berani bermimpi
Kebiasaan sahibul menara memandang awan di bawah menara sambil menyatakan impian-impiannya pergi menuju berbagai negara merupakan hal yang patut diacungi jempol. Banyak generasi muda kita yang bermimpi saja takut. Padahal, mimpi yang berani kita utarakan akan mendorong kita melakukan langkah-langkah untuk mencapainya. Dan Tuhan adalah maha mendengar dan maha menjadikan. Terbukti di akhir film, mimpi-mimpi sahibul menara terwujud semua. Karena itu, kita diajari untuk tidak meremehkan mimpi.
Kerja keras
Kerja keras Alif terlihat ketika di tengah malam Alif masih mengerjakan laporan berita untuk diberikan kepada Kak Fahmi sebagai syarat bergabung dalam majalah Syams, padahal teman-teman sekamarnya sudah tidur semua. Alif juga berjuang untuk memenangkan taruhan dari temannya untuk mendapatkan foto Sarah. Piala didapatkan Baso setelah dia berlatih keras dalam lomba pidato bahasa Inggris. Apa yang kita inginkan menuntut kerja keras kita untuk meraihnya. Jarang ada sesuatu yang instan yang bisa kita raih, semuanya membutuhkan usaha, dan film ini menggambarkannya dengan baik.
Kreativitas
Adegan lucu Baso yang hampir terlambat menuju masjid dan terpaksa memakai selimut yang sedang dijemur sebagai sarung merupakan sisi kreativitas yang coba dihadirkan di film ini. Terkadang kita dituntut cepat untuk menyelesaikan masalah. Berpikir out of the box sering menjadi jawaban atas banyak masalah.
Sikap jujur
Kyai Rais menolak mentah-mentah suap-an seorang tentara yang menginginkan anak pimpinannya diloloskan untuk masuk ke pondok Madani, pasca ketidaklulusannya. Sikap Kyai Rais ini memberikan keteladanan sosok pemimpin yang jujur, yang mana negeri kita sekarang benar-benar haus akan sosok seperti ini.
Menetapkan prioritas
Baso akhirnya harus meninggalkan sekolahnya karena neneknya sakit keras. Segala bujukan teman-temannya untuk tetap tinggal di pesantren ditolaknya secara halus. Ia mengatakan bahwa yang datang menjemputnya jauh-jauh adalah tetangganya. Jika tetangganya saja sudah berkorban sejauh itu untuk neneknya, maka memang Baso sebaiknya meninggalkan pondok Madani. Hal yang hampir sama juga terjadi pada ustad Salman yang akhirnya harus meninggalkan pondok Madani untuk berumah tangga. Dukungan untuk pergi dari pesantren didapatkannya dari Kyai Rais. Hidup itu diwarnai dengan pilihan-pilihan. Maka menetapkan hati dengan melihat baik-buruknya merupakan hal utama yang harus dilakukan dalam menetapkan prioritas. Kita sebagai manusia berakal dituntut pintar dalam hal yang satu ini.
Sistem pendidikan modern pesantren
Dalam novel ini tergambar dengan jelas bahwa pesantren itu tidak selalu identik dengan ngaji. Tetapi di pesantren pun kegiatan-kegiatan yang merupakan penyaluran hobi juga digiatkan. Taruhlah kegiatan olah raga, kesenian, ataupun jurnalistik. Semua keinginan santri terwadahi. Bahkan di film ini diperlihatkan sosok Kyai Rais, yang notabene adalah pimpinan pondok pesantren, jago memainkan gitar.
Kurang rasanya kalau saya banyak membicarakan tentang nilai-nilai positif atau kelebihan film Negeri 5 Menara tetapi tidak membicarakan kekurangannya. Ok, menurut saya, kekurangan film ini diantaranya:
Akting dari seorang adik Alif terlihat sangat kaku, sehingga kurang terlalu enak untuk dilihat.
Baso terlihat lebih mendominasi dalam cerita dibanding tokoh utamanya, Alif.
Kurang tergambarkan kerja keras dan perjuangan para santri di pondok Madani dalam belajar. Memang ada satu adegan dimana Alif megerjakan tugas sampai malam, tapi untuk kegiatan belajar menjelang ujian misalnya, tidak tergambarkan di film.
Adegan ustad Salman ketika melihat Alif masih mengerjakan tugas sampai malam kemudian mengatakan “Going the extra miles” tidak segera dilanjutkan dengan tahapan penjelasan bahwa going the extra miles berarti berusaha di atas rata-rata orang kebanyakan. Padahal menurut saya, kalimat ini penting, dan belum tentu semua orang yang menonton film ini memahami arti kalimat yang disampaikan ustad Salman itu.
Akhir dari cerita ini terlalu tiba-tiba. Tidak diceritakan walau itu berupa tulisan-tulisan singkat & cepat mengenai perjalanan kehidupan sahibul menara. Tahu-tahu, Alif, Raja. Dan Atang sudah ada di Trafalgar Square London dan menghubungi anggota sahibul menara lainnya.
Nilai negatif
Melawan terhadap orang tua, ketika ama menyuruh alif untuk meneruskan sekolah di pesantren alif menghardik ibunya.
Kutipannya adalah “aku tidak ingin”,
Nilai negatif lainnya ketika alif meremehkan orang yang bersekolah di pesantren, dialog ini terjadi saat  Alif dan ibunya berdebat untuk masuk ke madrasah atau pesantren “tapi bukan salah ambo orang tua lain mengirim anak yang kurang cadiak masuk madrasah”
 Kutipan negative lainnya dalah ketika Alif mulai pesimis akan kemajuan hidupnya di madrasah “ Tuhan mungkin kah aku bisa menginjakkan kaki di benua lainnya, dan akan kah dengan bersekolah dimadrasah ini kehidupan ku akan berubah?”
“Ya Tuhan aku tidak punya tenaga untuk menhafal Al-Quran ini”
Menjadi nilai negatif karena alif pesimis dan belum berusah untuk mengerahkan kemampuannya.







                                                                                                               

DAFTAR PUSTAKA
Fuadi, A. 2009. Negeri 5 Menara. Jakarta : PT Gramedia

1 komentar:

  1. Coin Casino: 100% up to €100 + 100 Free Spins on Sign up!
    The coin casino game has been designed 인카지노 to give players the opportunity to 1xbet enjoy real-life games. This casino is licensed and certified by the Malta Gaming หาเงินออนไลน์ Authority

    BalasHapus